Home » » Mourinho, Tersandung Kontroversi dan La Decima

Mourinho, Tersandung Kontroversi dan La Decima

Written By Unknown on Monday 20 May 2013 | 16:11


MADRID, KOMPAS.com - Kontrak Jose Mourinho sebagai pelatih Real Madrid hingga 2016. Namun, Madrid dengan ikhlas melepaskannya mulai musim depan. Kegagalan meraih La Decima, percekcokan di internal dan dengan media, juga kegagalan di musim ini menjadi penyebab utamanya.


Rumor bahwa ia akan meninggalkan Santiago Bernabeu sudah ramai dalam beberapa pekan ini. Senin (20/5/2013) malam, Presiden Madrid Florentino Perez baru menegaskan, bahwa kerja sama Los Blancos dan The Special One itu berakhir seiring usainya kompetisi.


Saat mengontrak Mourinho pada 2010, Perez berharap pelatih asal Portugal itu bisa menghadirkan trofi Liga Champions ke-10 (La Decima) buat Madrid. Ini impian panjang yang selalu gagal diraih Madrid sejak 2002. Dan, juara Liga Champions akan menguatkan legitimasi Perez sebagai presiden klub. Apalagi, dia akan kembali maju dalam pemilihan presiden.


Sayangnya, Madrid justru selalu gagal dan hanya sampai semifinal sejak ditangani Mourinho. Di semifinal musim ini, mereka dikalahkan Borussia Dortmund. Bahkan, Madrid tanpa satu pun gelar di musim ini, setelah Madrid dikalahkan Atletico Madrid di final Copa del Rey.


Kontroversi yang amat lekat dengan Mourinho rasanya juga menjadi pertimbangan tersendiri. Sejak melatih Madrid, Mourinho tak henti-hentinya membuat kontroversi. Bahkan, ia sempat tertangkap kamera mencolok mata Tito Vilanova yang saat itu masih sebagai asisten pelatih Pep Guardiola.


Kontroversi lain adalah hubungannya dengan media Spanyol. Dia sering ketus dan kasar berbicara kepada wartawan. Bahkan, beberapa kali dia menolak hadir di temu pers dan diwakilkan asistennya, Aitor Karanka. Terakhir, dalam temu pers jelang final Copa del Rey, ia malah diwakili kapten tim, Sergio Ramos.


Di dalam, Mourinho juga sering terlibat konflik dengan para pemainnya. Yang menjadi rahasia umum adalah perselisihannya dengan kiper Iker Casillas dan Sergio Ramos. Bahkan, Mourinho sampai tak mau memasang Casillas, meski ia sudah sembuh dari cedera.


Perselisihan dengan Casillas ini menjadi tak populer, mengingat kiper itu menjadi ikon Madrid. Dia dicintai banyak suporter, apalagi menjadi kiper utama timnas Spanyol yang dalam beberapa tahun merajai kompetisi internasional.


Terakhir, Mourinho berselisih dengan bek Pepe. Ini juga membuat Pepe kehilangan tempat. Bahkan, saat Varane cedera, Mourinho tetap tak mau memasang Pepe.


Gaya permainan Mourinho juga tak terlalu disukai suporter Madrid. Ia dinilai hanya mengandalkan serangan balik lewat kecepatan Cristiano Ronaldo dan Angel Di Mario, juga Mesut Oezil. Jika sudah unggul, dia cenderung bermain negatif dengan lebih banyak bertahan.


Itu terjadi pada final Copa del Rey melawan Atletico Madrid. Kekahalan Madrid 1-2 dinilai sebagai akibat permainan negatif. Setelah unggul 1-0, Madrid seolah lebih terkonsentrasi bertahan. Bahkan, sebagian suporter Madrid sudah mulai bosan dan mencemooh Mourinho dengan siulan-siulannya. Ini membuat Atletico bangkit dan akhirnya membalikkan keadaan dan menang 2-1, sekaligus juara Copa del Rey.


Dalam upaya untuk terpilih lagi pada pemilihan musim panas ini, Perez harus bisa menawarkan ketenangan, permainan yang lebih atraktif, dan gelar Liga Champions ke-10, selain tetap juara di liga domestik.


Jelas sulit mendapatkan pelatih yang bisa memenuhi harapan-harapan itu. Perez kemudian mengincar pelatih Paris Saint-Germain (PSG), Carlo Anceletti. Padahal, gaya permainan yang diterapkan Ancelotti hampuir sama dengan Mourinho. Mendahulukan pertahanan, mengandalkan serangan balik, dan lebih bertahan saat unggul.


Namun, mungkin Perez berharap itu agak dikesampingkan publik. Sebab, Ancelotti punya nilai lebih sebagai pelatih berpengalaman menjuarai Liga Champions. Dia dua kali membawa Milan juara kompetisi antarklub tertinggi di Eropa itu bersama AC Milan pada 2003 dan 2007. Selain itu, sikap Ancelotti lebih tenang daripada Mourinho. Dia juga bukan tipe orang yang mudah membuat kontroversi atau berselisih, selain juga punya wibawa besar di depan para pemainnya.


Jika saja Mourinho mampu menjuarai Liga Champions, mungkin Perez akan mengesampingkan tabiatnya dan perselisihannya dengan pemain. Namun, di mata Perez, Mourinho sudah bukan "jualan" menarik di depan publik dan dalam kampanyenya untuk memperpanjang jabatannya sebagai presiden Madrid.



Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Follow Admin

Find on Facebook

Popular Posts