Kepolisian menganggap pihak panitia tidak mengindahkan imbauan aparat untuk memindahkan lokasi pertandingan antara dua tim yang memilki suporter fanatik.
"Kita akan beri teguran resmi kepada panitia pertandingan, karena sebetulnya pertandingan tersebut tidak direkomendasikan untuk digelar di Solo," kata Kompol Fahrudin, Kasatintelkan Polresta Solo, kepada wartawan usai pertandingan.
Fahrudin menambahkan bahwa sejarah konflik antarkedua suporter menjadi pertimbangan utama mengapa pihak kepolisian tidak mengeluarkan izin.
"Kita sudah mempelajari sejarahnya kedua suporter dan kita ingatkan panitia. Namun pihak panitia ternyata nekat," katanya.
Sementara itu, menurut ketua Panitia Pelaksana pertandingan, Roy Saputro, mereka merasa sudah mengkomunikasikan dan berkoordinasi dengan aparat untuk tetap melaksanakan pertandingan.
"Panitia sudah berizin, dan kita sudah melakukan koordinasi untuk menjamin keamanan selama pertandingan. Atas kejadian ini, panitia akan melakukan evaluasi," kata Roy kepada wartawan pada Rabu (4/9/2013).
Seperti diketahui, pertandingan Persis Solo melawan PSS Sleman, berujung dengan kericuhan antar suporter. Pasopati, suporter Persis Solo, melakukan sweeping KTP di tribun penonton untuk mencari suporter Slemania. Namun aksi tersebu justru memancing keributan yang berakibat 7 orang luka-luka dan harus mendapat perawatan serius di Rumah Sakit Brayat Minulyo.
Pertandingan Persis dan PSS berakhir dengan kemenangan WO Persis karena tim PSS menolak untu melanjutkan pertandingan setelah salah satu pemainnya terkena lemparan batu di kepalanya. Pemain PSS terpaksa dievakuasi menggunakan kurang lebih enam truk polisi agar menghindari amuk suporter di luar stadion.