NYON, KOMPAS.COM - Joao Havelange (96 tahun) mundur dari jabatan presiden kehormatan FIFA, Selasa (30/4/2013), setelah dirinya masuk laporan Badan Komite Etik FIFA sebagai satu dari tiga penerima suap.
Laporan itu dirilis pada Selasa (30/4/2013). Penyelidikan dipimpin oleh Ketua Badan Etik FIFA, Hans-Joachim Eckert.
Menurut laporan itu, Havelange, Nicolas Leoz, dan Ricardo Teixeira menerima suap dari perusahaan pemasaran International Sport and Leisure (ISL) antara tahun 1992-2000. ISL sendiri dinyatakan bangkrut karena utang pad 2001.
Leoz merupakan mantan presiden CONMEBOL. Ia mengundurkan diri dari jabatan itu pada awal April 2013 dengan alasan kesehatan setelah menjalani operasi jantung.
Adapun Teixeira adalah mantan Ketua Komite Penyelenggara Piala Dunia 2014 Brasil. Jabatan itu ditinggalkannya pada Maret 2012.
"Sejumlah uang dipastikan mengalir ke mantan presiden FIFA Havelange, serta ke menantunya Ricardo Teixeira dan Dr Nicolas Leoz, dan tidak ada indikasi adanya pelayanan yang dilakukan ketiganya sebagai balas jasa," demikian bunyi laporan tersebut.
"Pembayaran ini ternyata dibuat melalui sejumlah anak perusahaan untuk menutupi penerima sebenarnya, dan pembayaran ini dapat digolongkan sebagai 'komisi' atau kini dikenal sebagai 'suap'."
"Tidak ditemukan juga indikasi apapun bahwa Presiden FIFA Sepp Blatter ikut bertanggung jawab mengenai aliran dana ke Havelange, Teixeira atau Leoz, atau bukti yang menunjukkan bahwa ia juga menerima adanya pembayaran dari ISL Group, bahkan dalam bentuk pembayaran tersembunyi."
"Namun demikian apakah Presiden Blatter mengetahui pembayaran yang dilakukan ISL Groups ke pejabat FIFA selama bertahun-tahun sebelumnya tetap harus diselidiki."
Dalam pernyataannya di situs resmi FIFA, Blatter mengaku lega kasus tersebut terungkap. Namun ia tak berkomentar mengenai pengunduran diri Havelange.
"Saya tak meragukan bahwa FIFA, berkat proses reformasi dalam kepengurusan yang saya buat, memiliki mekanisme dan tujuan untuk memastikan bahwa hal-hal seperti ini --- yang menyebabkan adanya kerusakan reputasi institusi --- tidak akan terjadi lagi."
ISL pernah mendapat hak eksklusif untuk memasarkan turnamen Piala Dunia pada merek-merek global sebelum perusahaan tersebut bangkrut tahun 2001. Pada musim panas lalu FIFA mengonfirmasi bahwa akan diadakan investigasi terkait tuduhan suap mengenai perjanjian dengan ISL.
